Minggu, 20 Desember 2015

Never Give up


Aku duduk didepan ruang tunngu sambil menunggu namaku dipanggil, setelah hampir 5 menit aku menunggu akhirnya suster pun memanggilnamaku, kemudian aku masuk ke dalam menemui dokter, “ selamat pagi dinda” sapaan hangat dari dokter, “pagi juga dok” jawabku, perlahan dokter membuka lembar hasil ronsenku kemarin dan menjelaskannya padaku “dinda, kamu jangan sedih ya, menurut hasil pemiraksaan melalui ronsen ini, di payudara kamu terdapat tumor sebesar 5cm” jelas dokter, “tumor dok ? lalu gimana, apa yang harus aku lakukan, dok? Ucapku dengan rasa shock dan bingung, “begini dinda, tumor yang bersarang di payudara kamu sudah cukup besar jadi ini harus dioperasi, jika tidak dioperasi saya khawatir ini akan tambah membesar, bagaimana kamu mau langsung ditindak lanjuti untuk operasi ?” ujar dokter , “untuk operasi nanti saya mau mempertimbangkannya dulu, kalau begitu terimakasih ya dok” jawabku dan kemudian aku langsung bangkit dari tempat duduk dan keluar dari ruang dokter, setelah itu aku langsung memutuskan untuk kembali pulang kerumah, sepanjang perjalanan aku memikirkan penyakitku dan operasi itu, aku bingung disisi lain aku ingin segera dioperasi agar tumor nini segera hilang tapi disisi lain aku tidak ada biaya untuk operasi, karena tidak mungkin kalau aku ceritakan ini ke ayahku dan memintanya untuk membantu biaya operasiku, sedangkan ayahku harus membiayai kebutuhan keluarga dan sekolah adik-adikku, aku juga tidak ingin membebani pikiran ayahku atas sakit yang ku derita ini. jujur aku teramat bingung, aku nggak tahu apa yang harus aku lakukan, entah aku harus mengadu pada siapa dan entah apa yang harus aku perbuat untuk menghilangkan tumor ini.
Sesampainnya dirumah, hati dan fikiranku masih belum bisa tenang karena akupun belum tahu solusi atas masalahku ini, tetapi aku tidak boleh terlihat sedih didepan keluargaku aku tidak ingin mereka ikut meresakan beban serta kesedihan yang sedang ku rasakan. Aku langsung masuk kamar, mungkin dengan sedikit menyendiri dan maluapkan segala perasaan melalui tetesan air mata bisa sedikit melegakan perasaanku, tiba-tba pintu kamarku ada yang mengetuk dan terdengar suara “ teh, rena boleh masuk nteu?” akupun langsung menghapus air mataku dan menjawabnya “boleh atuh dek, sok atuh masuk”, “teteh kunaon atuh didalam kamar wae, geus makan ncan ? ucap adikku, “tenanaon, teteh mah kecapean jadi pengen istirahat dikamar dulu, teteh geus makan tadi pas diluar bareng temen teteh” jawabku kepada rena, “oh geus, yaudah atuh tetah istirahat aja,maafkeun udah ngaganggu”  ujar rena sambil beranjak meninggalkan kamarku, “iya tenananon, slow wae lah dek hehe” candaku ke rena. Syukurlah rena tidak menyadari kalau aku habis nangis, tak terasa waktu menujukkan pukul 18.00 dan adzan maghrib pun telah berkumandang, akupun segera bergegas ke kamar mandi untuk mengambil wudhu, setelah itu aku mengambil sajadah dan memakai mukena segera menunaikan sholat maghrib, selesai sholat melalui doa aku curahkan kepada sang pencipta atas segala beban yang ku rasakan, aku sadar saat aku bingung ingin mengadukan permasalahanku pada siapa, ada Allah yang menantiku untuk merintih kepadanya, jujur saat ini aku hopeless dan ingin menyusul ibuku ke surge, entah apa yang ada di fikiranku dalam doa ku berucap “Ya Allah… jika aku tidak bisa operasi tumorku ini, lebih baik kau cabut saja nyawaku daripada aku menyusahkan ayah serta adik-adiku, aku gak sanggup menahan beban ini sendiri dan aku gak sanggup jika harus melihat keluargaku merasakan kesedihanku ini”. selesai sholat aku keluar dari kamar dan bercengkrama dengan ayah serta adik-adiku, betapa bahagianya aku saat senyum terukir indah diwjah mereka, aku tidak bisa membanyangkan jika sakitku ini akan membuat senyum itu menjadi air mata penuh kesedihan.
Bulan demi bulan berlalu, tetapi fikiran akan tumor ini tidak akan pernah bernjak dari fikiranku, aku memutuskan untuk resign dari pekerjaanku, sebelum penyakitku ini tambah parah dan aku dikeluarkan dari pekerjaanku lebih baik aku yang mengundurkan diri, setelah resign dari pekerjaan aku , saat itu aku berfikir kalau aku harus bangkit dantidak boleh terus-terusan terpuruk dalam kesedihan, kalau pun unurku sudah tidak lama lagi, aku ingin disisa umurku ini menjadi ajang tebar manfaat ke sesama dan akhirnya aku memutuskan untuk mulai berbisnis, kemahiranku dalam membuat cake aku manfaatkan untuk membuka bisnis aneka cake dan Alhamdulillah bisnisku berjalan dengan lancar, selain itu aku juga menjadi resseler produk totebag, sedikit demi sedikit keuntungan dari hasil usaha aku tabung dan Alhamdulillah atas izin Allah tabunganku cukup untuk operasi, saat itu juga aku kembali kerumah sakit untuk check-up dan konsultasi dengan dokter untuk melakukan operasi. Waktu operasi itu tiba dan aku baru berani menceritakannya kepada keluargaku, tersirat kesedihan diwajah mereka tapi aku berusaha untuk menguatkan dan meminta doa dari mereka agar operasinya lancar. Aku mulai memasuki ruang operasi, saat itu aku dibius dan pas aku siuman aku sudah berada diruang perawatan, dan ayahku langsung berucap “Alhamdulillah kamu sudah siuman”, lalu aku bertanya kepada ayah “ ayah, bagaimana operasinya ? tumornya sudah diangkat kan ?, “Alhamdulillah sudah nak dan sekarang di payudaramu sudah tidak ada tumor lagi” jawab ayah, seraya mengembangkan senyum diwajahnya. Kurang lebih 3 hari aku dirawat intensif dirumah sakit, betapa bahagianya aku sakit yang selama ini membebani fikiranku sudah hilang, ayah dan adik-adikku pun turut berbahagia atas kesembuhanku dan sekarang aku bisa menjalani kehidupanku dengan bahagia tanpa ada beban yang menggelayuti.

Kehidupan itu up and down oleh karena itu melalui kehidupanlah aku belajar segala hal, saat putus asa menggelayuti adukan semua kepada sang pemilik hidup, beban dan masalah yang sedamg ku hadapi seakan sirna saat mendapat rangkualan dan kekuatan dari-Nya, aku memang pernah hampir menyerah tetapi Allah yang selalu menemaniku dan memberikan kekuatan serta kemudahan agar aku dapat melewati ujian-Nya, ujianini  adalah tanda cinta dari Allah untukku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar